Aqin Rizka Ayati Menderita Penyakit Langka, Guillain Barre Syndrome, yang Melumpuhkan Dirinya

Aqin Rizka Ayati, seorang mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, harus menjalani perawatan di ruang ICU Rumah Sakit dr Oen Solo. Badannya lumpuh lantaran menderita penyakit langka, Guillain Barre Syndrome.

Guillain Barre Syndrome memang penyakit langka, hanya ditemukan satu hingga dua kasus per 100 ribu orang. Meski demikian, penyakit ini menjadi penyebab utama kelumpuhan non-traumatic akut. Guillain Barre Syndrome ditemukan oleh seorang dokter asal Perancis, Georges Guillain dan Jean Alexandre Barre pada 1916. Nama Syndrome ini diambil dari nama terakhir penemunya, Guillain + Barre. (Wikipedia)

Seperti dilansir dari yahoo (selasa, 4 Juni 2013), penyakit yang menyerang jaringan syaraf dan sistem kekebalan tubuh tersebut disebabkan oleh sejenis virus. "Kami juga heran mengapa virus langka ini memilih anak saya untuk bersarang," kata ayahnya, Agus Wibowo Hadi saat ditemui di rumah sakit, Senin petang 3 Juni 2013.

Aqin Rizka Ayati  saat masih sehat


Sebelumnya, mahasiwi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan jurusan Kimia itu dikenal sebagai anak yang sehat. Baru sekitar sebulan lalu, dia mengeluhkan sakit di perutnya. "Akhirnya kami bawa ke rumah sakit lantaran kejang perut," kata Agus.

Semula, Aqin didiagnosa menderita penyakit maag. Hanya saja, kejang perutnya tidak berhenti meski telah dirawat selama sepekan. "Akhirnya Aqin harus menjalani perawatan di ICU," kata Agus. Setelah empat hari di ICU, Aqin kembali dibawa ke bangsal lantaran kondisinya membaik.

Hanya saja, kondisi Aqin kembali memburuk. Dia bahkan menjadi lumpuh dan tidak bisa menggerakkan anggota badan sejak leher ke bawah. Penyakitnya telah menyerang sistem jaringan syaraf. Setelah dokter melakukan pemeriksaan menyeluruh, Aqin diketahui terkena virus yang cukup langka, Guillain Barre Syndrome.


Akibat serangan penyakit tersebut, Aqin hanya bisa bertahan hidup melalui peralatan ventilator yang dipasang di ruang ICU. "Saat alat dicoba dilepas, Aqin hanya mampu bertahan enam jam," kata Agus. Kondisinya belum membaik meski telah lebih dari sebulan dirawat di rumah sakit.

Selain lumpuh, organ dalam Aqin juga ikut terganggu. Paru-parunya terkadang berhenti bekerja saat dia tertidur. "Kami harus membangunkannya saat alat pendeteksi paru-parunya berbunyi," kata Ayahnya. Kondisi itu menyebabkan Aqin harus ditunggui 24 jam nonstop.

Sedangkan berbicara mengenai biaya, Agus yang hanya seorang buruh bangunan ini menyatakan "Hingga pekan lalu sudah habis Rp 140 juta," Terpaksa, dia harus meminta bantuan pembiayaan kepada keluarga serta mencari pinjaman ke sejumlah kenalannya dikarenakan keluarganya belum mempunyai jaminan kesehatan dari pemerintah.

Dikabarkan bahwa setiap hari Aqin harus menghabiskan empat botol obat Gamares yang harganya Rp 3,2 juta per botol yang harus diimpor dari luar negeri. Ia sudah mengknsumsinya selama 4 hari.

Dilain pihak, juru bicara RS dr Oen Solo, Ajeng Sekar Arum mengatakan bahwa biaya pengobatan Aqin memang cukup besar. "Obat untuk penyakit ini memang tergolong mahal," katanya. Saat ini Aqin berada di bawah pengawasan tim dokter yang terdiri dari dokter spesialis dalam dan dokter syaraf.

Kita berharap semoga saja Aqin segera sembuh dan juga berharap agar pemerintah segera melirik kasus yang menimpah Aqin dan memberikan bantuan untuknya dalam proses penyembuhan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel