Komnas HAM Kecam Penyegelan Gereja Katolik Paroki St. Bernadette Bintaro

Komnas HAM Kecam Penyegelan Gereja Katolik Paroki St. Bernadette Bintaro - Ketua Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Siti Noor Laila mengecam penyegelan gereja St. Bernadette di Bintaro, Tangerang Selatan, yang terjadi pada Minggu 22 September 2013. Ia menilai kasus penyegelan rumah ibadah berulang akibat ketidaktegasan aparat penegak hukum. "Para pelaku intoleransi beragama itu tak pernah mendapat hukuman yang membuat jera, kejadian serupa kerap berulang," katanya seperti yang dilansir dari situs Tempo.co (25/09/2013). 

Untuk mengingatkan anda bahwa kasus terakhir penyegelan gereja terhadap Gereja Katolik Paroki St Bernadette di Bintaro, Tangerang Selatan. Gereja itu didemo massa yang mengatasnamakan warga sekitar pada Ahad 22 September 2013, sekitar pukul 8.00 hingga 11.00 WIB. Massa lalu menggembok gereja tersebut dari luar dan meminta pembangunan gereja dihentikan. Ini bukan kali pertama kalinya ada penolakan pembangunan tempat ibadah. Sejumlah tempat peribadatan lain juga beberapa kali mendapat perlakuan serupa. "Penegakan hukumnya masih tidak tegas, seharusnya tidak boleh ada bias penegak hukum kepada kelompok mayoritas," kata Siti.

Siti Noor Laila juga meminta kepada aparat penegak hukum seperti polisi dan jaksa menegakkan aturan yang seimbang. "Peraturan kan hanya ada satu, jangan malah mendukung tirani mayoritas," ujar Siti. Apalagi, saat ini semakin banyak kelompok fanatik yang muncul dan pada akhirnya main hakim sendiri. Siti menyayangkan berulangnya kasus penyegelan terhadap rumah ibadah di Indonesia. Komnas HAM akan terus memantau kasus ini dan mencari tahu penyebab konflik.

Catatan Pribadi Penulis:
Dari pandangan penulis sendiri, bahwa sikap premanisme di negara kita masih terus melekat, di mana main hakim sendiri ditegakkan terlebih dahulu baru hukum yang berlaku. Dan hukum yang berlaku pun belum tentu mampu mengayomi mereka yang tertindas akibat dari tekanan kaum mayoritas kepada pemerintahan.

Saatnya sosok-sosok yang mampu berdiri di tengah konflik dan mampu meredam ketidak adilan untuk mengambil alih pemerintahan, jangan sampai negara kita ini terus menerus dicap sebagai negara yang memelihara premanisme daripada nasionalisme yang sebenarnya. Saatnya untuk menemukan kembali pemimpin yang berjiwa pancasila, Bhinneka Tunggal Ika. Menemukan kembali pemimpin dimana "Yang di belakang memberi dukungan, Yang ditengah memberi bimbingan, dan yang di depan memberi teladan" itulah pemimpin yang sesungguhnya ... (ajm)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel